Minggu, 26 Juli 2020

Qawaid Fiqhiyyah

Macam-Macam Qawaid Fiqhiyyah Kulliyah Dan Peranannya Dalam Penetapan Dan Pengembangan Hukum Islam
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Qaidah fiqhiyyah dan qaidah Ushuliyyah merupakan asas dan dasar dalam aturan ilmu fiqh yang perlu diketahuis secara universal oleh semua umat Islam, khususnya bagi mereka yang ingin lebih mendalami tentang ilmu fiqh atau ilmu ushul fiqh.
Sejak dahulu sampai saat ini tidak ada ulama yang mengingkari akan penting peranan qawaid fiqhiyah dalam kajian ilmu syariah. Para ulama menghimpun sejumlah persoalan fiqh yang ditempatkan pada suatu qawaid fiqhiyah. Apabila ada masalah fiqh yang dapat dijangkau oleh suatu kaidah fiqh, masalah fiqh itu ditempatkan di bawah kaidah fiqh tersebut. Melalui qawaid fiqhiyah atau kaidah fiqh yang bersifat umum memberikan peluang bagi orang yang melakukan studi terhadap fiqh untuk dapat menguasai fiqh dengan lebih mudah dan tidak memakan waktu relatif lama.
Dari sini, dirasa terdapat suatu kepentingan untuk lebih dalam mempelajari tentang qawaid fiqhiyyah. Maka disini akan diulas selayang papan mengenai macam-macam qawaid fiqhiyyah dan peran-perannya dalam pengembangan hukum Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja macam-macam qawaid fiqhiyyah?
2. Bagaimana peran qawaid-qawaid tersebut dalam hukum Islam?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui macam-macam qawaid fiqhiyyah
2. Untuk memahami peran qawaid-qawaid fiqhiyyah dalam hukum Islam

BAB II PEMBAHASAN
A. Macam-Macam Qawaid Fiqhiyyah Kulliyah
Terdapat kontroversi antara asumsi ulama fiqh dalam menjelaskan qawaid-qawaid kulliyah yang dijadikan rujukan oleh hukum-hukum yang berbau fiqh dalam al-fiqh al-Islamiy. Maka kemudian ditemukan mayoritas dari mereka berpendapat bahwa hukum-hukum fiqh Islami itu semua kembali kepada qawaid kulliyah yang berjumlah lima, yaitu :
1. اليقين لا يزال بالشّك 2. المشقّة تجلب التيسير 3. الضرر يزال 4. العادة محكمة 5. الأمور بمقاصدها
Ada pula dari sebagian mereka meringkas kelima tersebut menjadi empat, yakni :
1. اليقين لا يزال بالشّك 2. المشقّة تجلب التيسير 3. الضرر يزال 4. العادة محكمة
Salah satu ulama yang juga mendukung ringkasan tersebut adalah Tajuddin Al-Subky, beliau berkata: “menurut saya, jika saya ingin mengembalikan fiqh kepada hal yang lima. Bagiku, hal yang berada di nomer lima itu bisa masuk pada angka yang pertama, atau juga yang kedua.”
Lain halnya dengan Syaikh Al-Islam Izzuddin ibn Abd Abdus Salam yang mengembalikan fiqh semuanya pada ungkapan yang bersifat kemaslahatan (kebaikan untuk semua orang) dan meninggalkan hal-hal yang merusak.

Untuk lebih detilnya, berikut beberapa penjelasan mengenai qawaid fiqhiyyah kulliyah:
1. Qaidah pertama
الأمور بمقاصدها
“Setiap perkara tergantung kepada maksud mengerjakannya.”
Dalam qaidah ini terdiri dari dua kata (kalimat dalam bahasa arab), yakni (الأمور) dan (مقاصد). (الأمور) yang berasal dari bentuk tunggal kata (أمر) yang berarti keadaan. Sedangkan (مقاصد) adalah bentuk jamak dari kata (مقصد) yang juga berasal dari bentuk kata madhi (قصد) yang berarti menyengaja atau juga berarti berniat.
Yang melandasi rumusan qaidah ini adalah firman Allah SWT: وما أمروا إلاّ ليعبدوا الله مخلصين له الدين (البيّنة: 5) “padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dngan memurnikan (niat)ketaatan kepadaNya”.
Juga hadis nabi SAW: إنّما الأعمال بالنّيات و إنّما لكل امرئ ما نوى (رواه البخارى)
“bahwasannya perbuatan itu tergantung pada niatnya. Dan setiap orang akan memperoleh sesuai dengan yang diniati.”
Qaidah ini memberi pengertian bahwa setiap amal perbuatan manusia, baik yang berujud perkataan maupun perbuatan diukur menurut niat si pelaku. Untuk mengetahui sejauh mana niat si pelaku, haruslah dilihat adanya qarinah-qarinah yang dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui jenis niat dari pelakunya.
Sebagai contoh, seorang pemburu yang menembak binatang buruan di hutan, yang kemudian ternyata tidak mengenai sasarannya, akan tetapi malang baginya pelurunya nyasar pada seorang pencari kayu yang ada di hutan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar