Selasa, 18 April 2023

wara vs tamak

Sekali waktu, Ali bin Abi Thalib yang telah menjabat sebagai khalifah ke-IV datang berkunjung ke salah satu masjid di wilayah Basrah.

Kedatangannya sembari mengusir orang-orang yang bercerita ngawur, tidak berdasar dan memiliki pendengar di dalam masjid.

Sampailah Ali bin Abi Thalib di salah satu sudut masjid. Ia bertemu dengan sekelompok orang yang duduk menyimak mendengar cerita dari anak kecil. Ali bin Abi Thalib pun datang.

“Hai anak, aku akan bertanya kepadamu dua persoalan. Jika kamu dapat menjawabnya, aku akan membiarkanmu bercerita kepada kumpulan orang itu. Tetapi jika engkau tidak memberikan jawaban yang benar, maka aku akan mengeluarkanmu dari masjid seperti yang lainnya”, ucap Ali bin Abi Thalib kepada anak kecil tersebut.

Anak kecil itu pun bersedia menjawabnya. Khalifah ke-IV bertanya tentang apa yang menjadi sebab keselamatan dan kerusakan sebuah agama.

Si anak pun menjawab,

“Yang dapat menyelamatkan adalah sifat wara’, dan yang membinasakannya adalah sifat tamak.”

Ali bin Abi Thalib membenarkan jawaban tersebut dengan simbol senyum puas merekah.

Anak yang bersua, lantas dilempar pertanyaan dan memberi jawaban pada Khalifah ke-IV ini belakangan kita kenal sebagai Hasan Basri.

Seorang sufi yang dikenal dengan konsepsi ajaran tasawuf, yang dapat ditiru sebagai jalan mendekatkan diri kita kepada-Nya.

Konsepsi tasawuf yang lamat-lamat membersihkan jiwa manusia dari berbagai percik kotoran.

“Hawa nafsu atau sjahwat inilah jang atjapkali menggiatkan kehidupan manusia, tetapi jang atjapkali juga menumbuhkan dua sebab kerusuhan dunia, jaitu kekufuran terhadap Tuhan dan tjinta diri jang berlebih-lebihan. Oleh karena itu ajaran Sufi ingin mematikan sjahwat itu atau menguranginja …”

Barangkali kita hari ini justru kerap bersua atau malah menjadi pelaku dari sifat yang memicu kerusakan di dalam agama Islam; sebagai pengamal sikap tamak. Kepemilikan barang yang cukup kadang membuat kita tidak puas.

Pun kedudukan yang dimiliki tidak menumbuhkan banyak syukur. Lebih-lebih segala yang bukan menjadi haknya diambil begitu saja tanpa ada rasa sesal, salah, apalagi meniatkan diri untuk bertobat.

Saya rasa sikap tamak ini tidak hanya menghancurkan agama Islam, tetapi juga jadi tabungan yang dapat merusak diri secara pelan-pelan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar